Kamis, 01 Mei 2014

Laut Lepas

Angin berhembus kencang
Diatas lautan bening
Memantulkan langit biru

Perjalanan kapal berjam-jam dilaluinya dengan tenang.

Kapal bergerak naik turun bergelombang memecah arus.
Beberapa penumpang mabuk laut.
Pria itu tidak.

Alunan denting lagu yang menyumpal telinganya menambah syahdu suasana.
Melengkapi keheningan hatinya yang membawa pikirannya melamun jauh terbang keawan.

Kepulauan seribu memang indah.
Banyak pulau -yang entah apakah benar berjumlah seribu- indah bertebaran, dengan resort-resort yang menyempurnakan pesona wisatanya.

Membawa keluarga, membawa teman, membawa siapapun, akan menyempurnakan kesenangan berwisata disana.
Tempat penat dijauhkan.
Tempat pekerjaan tertinggal, diseberang pulau.

Rumah-rumah penduduk disewakan.
Rumah yang ber-AC dan ber-air bersih.

Pria-wanita, tua-muda, bersuka ria menaiki sepeda-sepeda, mereka mengayuh dengan semangatnya, tak sabar menemui pantai dengan pasir halusnya.

Banyak kerikil menghampar.
Kaki telanjang kegelian menginjaknya.

Seru dan Menyenangkan.

"Suasananya menyenangkan ya Ki"
"Iya Aw, tenang dan menenangkan"
Kinan dan Awan bertukar kesan.

Mereka duduk dibongkahan kayu-kayu, kaki mereka memain-mainkan pasir pantai, bersenda gurau dengan alam.

Suasana alam tak pernah setenang ini.

Pulau ini memiliki reruntuhan pelabuhan kapal.
Reruntuhan batu yang semakin melengkapi keeksotisan si pulau.

"Anginnya kencang Ki"
"Hihi iyaaa, damai banget ya Aw"
"Gelombang airnya kenceng banget, kalo nyemplung jangan-jangan entar kebawa sampai Jakarta lagi" Awan berteori.
"Hihihi, kalo aku kecemplung ke laut sana, kamu bakal nyelamatin aku ga?" Khayal Kinan.
"Pastiii, tapi kalo udah nyemplung kita gak usah minggir ke pantai, biarin kebawa arus sampai Aussie" ucap hiperbola Awan.
"Hihihihi" kikik Kinan.

Mereka berdua menatap langit keatas, menikmati udara yang berhembus kencang dan deburan ombak yang menabrak-nabrak karang.


Kapal-kapal banyak bersandar di pelabuhan, hendak mengantar para wisatawan.
Angin begitu kencang, laut bergelora, alam begitu bersemangat menyambut wisatawan.

Byurrr....
Satu per satu wisatawan dengan pakaian snorklingnya jatuh menceburi laut.
Ada yang begitu menikmati.
Ada yang terengah-engah menelan air garam, buah ketidaktahuan cara pakai slang pernapasan.

Awan berkali-kali meminum asinnya air garam, hasil kelalaian tidak memakai alat pernapasan.

Awan melihat Kinan.
Sama terengah-engahnya.
Berkali-kali Awan membenarkan kacamata snorkling Kinan, membenarkan selang pernapasannya.

Kali ini, Awan merasa berbeda.
Melihat mata Kinan dari dekat, dengan bibir yang basah, ditengah deburan lautan luas.
Tak pernah sebelumnya,
Kinan terlihat seeksotis ini.

Angin berhembus sangat kencang.
Membawa deburan ombak menerpa mereka.
Kapal berjangkar pun tak mampu tetap bertahan, terombang-ambing dibawa arusnya laut, perlahan demi perlahan.

Mereka mencelupkan kepala kelautan, melihat banyaknya karang dilautan, bermacam bentuk, beraneka ragam. Indah.

Awan menunjuk-nunjuk kearah karang-karang yang berhamburan luas, derasnya arus lautan tak menghalangi. 
Demi hanya ingin berbagi indahnya lautan. 
Hanya kepada Kinan seorang.

Awan menggenggam tangan Kinan.
Memastikan mereka tak terpisah.
Bukan hanya dalam arti hari itu saja.
Ia ingin Kinan selamanya, selamanya, selamanya...

Lautan dingin.
Tak terasa hangatnya tangan Kinan.
Tapi hati sudah begitu hangat.

Lautan luas.
Karang-Karang yang indah.
Tangan Kinan dalam genggaman.
Berbasah-basahan bersama.

Apa lagi yang harus diminta Awan?
Sempurna...
Hari itu begitu sempurna.

Diatas kapal mereka duduk bersama.
Kinan bersandar dibahu Awan.
Mereka hanya diam.
Menatap Senja.
Kelelahan berbasah-basahan melihat karang.

Matahari senja mulai menghampiri.
Hari apapun tak ada yang abadi.

Hari yang selalu indah.
Membawa kebahagiaan sampai kelangit.

Membawa kenangan mengalir.
Kenangan akan Kinan.
Ke Laut Lepas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar