Selasa, 20 Mei 2014

Kopi Bola dan Rokok Politik

Bagi kebanyakan pria Indonesia, Kopi dan Rokok adalah kesatuan yang tak terpisahkan

Kata mereka yang mayoritas ini,
Kopi tanpa Rokok
Bagaikan langit tanpa awan.
Bagaikan malam tanpa bintang.
Kosong dan hampa...

Terdengar hiperbola.



Apapun istilahnya...

Nyatanya kopi dan rokok menjadi konsumsi sehari-hari pria Indonesia

Adalah sebuah candu nyata
Dari kafein dan nikotin,
konsumsi ini menjadi meningkat ketika para individu berkumpul dan membahas hal-hal yang sangat debatable tak berujung

Sepakbola atau Politik.

Sepakbola adalah industri besar.
Ini bukan hanya tentang pertandingan 2X45 menit, ini lebih dari itu.

Industri ini merupakan tempat perputaran uang dalam jumlah yang tak terhingga.
Mulai dari transfer pemain, ticketing penonton, hak siar televisi, iklan dari brand-brand ternama, dan masih banyak lainnya.

Dan tiap-tiap hal tersebut diatas menjadi bahan perbincangan menarik diantara didihnya segelas kopi dan kepulan asap rokok.

Politik.

Politik adalah hal rumit, namun tak bisa ditinggalkan.
Apapun levelnya
Apakah pemilihan Bupati, Walikota, Gubernur, lebih-lebih pemilihan Presiden, akan menjadi bahasan panjang berbusa-busa, terlebih jika partner diskusi adalah oposisi idealisme sang pendiskusi, akan panjang ceritanya.

Budaya banyak bicara dan sedikit kerja masih merasuk diakar rumput negara kita.
Lebih mudah memang mengkritik dan menyalahkan pemerintah atas sulitnya ekonomi.
Mudah saja memaki pemain dan pelatih tim idola mereka yang kalah.
Akan lebih berisik lagi cacian itu jika kalah karena judi bola.
Penyakit akar rumput.

Sepakbola memang seperti Kopi.
Nikmat saat didih, dan tak bosan-bosan dikonsumsi setiap hari.

Politik-pun laksana Rokok.
Beracun dan jelas-jelas berbahaya, tapi candunya saat ini lebih nikmat daripada ancaman bahaya di masa yang akan datang.


Mari angkat tangan

dan bersulang

untuk Secangkir Kopi Bola

dan Sebungkus Rokok Politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar