Minggu, 27 Juli 2014

Teduh

Disaat Idul Fitri tiba, terdengar deru Takbir dikumandangkan:

"ALLAHU AKBAR... ALLAHU AKBAR… ALLAHU AKBAR.. LAA ILAA HA ILALLAH HU ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR WALILLAH ILHAM"

Disaat Natal datang, Nyanyian merdu sahut menyahut:

"We wish you a merry Christmas
We wish you a merry Christmas
We wish you a merry Christmas
And a happy New Year"


Berbeda memang, tapi kenangannya sama, tentang sukacita, terutama mereka yang masih putih dan polos.

Setiap orang, memiliki kenangannya, tentang kedamaiannya.

Ada yang menyelipkan kenangan indahnya diantara opor dan ketupat.
Pun ada yang bola matanya bersinar-sinar ketika menghias pohon Natal.

Damai kata mereka
Teduh hati terasa

Tidakkah itu berarti kenangan indah itu adalah sebuah hasil perayaan dengan atributnya.

Adalah luar biasa ketika masih kecil dulu.
Beruntunglah Tuhan tak pernah menumbuhkan kita langsung dewasa.

Baik itu Lebaran ataupun Natal adalah hari sukacita bagi para anak kecil
Bercanda bersama
Makan kue sepuasnya
Hanya di hari-hari itu


Entah kenapa
Waktu berjalan
Kita dewasa
Dan kegembiraan hari raya tak se-sentimentil dulu lagi

Mengapa...?

Sabtu, 19 Juli 2014

President Soekarno as a Politic Role Model



Golput di era Orde Baru adalah sebuah keberanian dengan nyali tinggi.
Sebuah idealisme luar biasa melawan sebuah tirani
Melawan sebuah kediktatoran!

Ya di era orde baru anda tak perlu menjadi Nostradamus untuk meramal siapa pemenangnya.
Meskipun ber-Calon Wakil Presiden-kan sendal jepit-pun, Sang Jendral Orde Baru pasti menjadi Kepala Pemerintahan Indonesia.


Di era reformasi
Golput mengalami degradasi nilai.
Bukan lagi sebagai manifesto keberanian melawan tembok tirani
Golput hanyalah tanda skeptisisme, bahkan lebih kasar lagi bisa dijudge sebagai sebuah kemalasan.

Ya Malas!
Di era reformasi ini mereka yang golput adalah para pemalas yang tak mau tau mencari informasi soal siapa Capres idealnya.

Meremahkan arti dari pemilihan presiden adalah bentuk mental yang anti-sosial.
Mereka yang golput tidak tahu betapa berbahayanya nasib satu generasi apabila salah pilih presiden.

Mau contoh?

Sebelum Bung Karno turun, beliau banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa berprestasi, murni karena prestasi akademis, tanpa motif politik.
Sebagian besar beasiswa itu diarahkan untuk kuliah di negara-negara eropa timur yang pada era itu masih dikuasai paham komunis.

Lalu apa yang terjadi?

Roda berputar, Jendral Suharto naik, keluarlah kebijakan sapu bersih komunis.
Apa hubungan dengan mahasiswa-mahasiswa tersebut?
Apa mereka komunis? Tidak.
Apa mereka memberontak? Tidak.

Salah mereka, mereka dianggap orang-orang Bung Karno.

Lalu apa yang terjadi kepada mereka?
Mereka tak pernah bisa kembali ke Indonesia.
Blacklist orde baru, adalah bunuh diri jika mereka kembali ke Indonesia, karena penjara menanti dengan pasti.

Itulah contohnya betapa seorang presiden bisa membuat satu kebijakan yang mengubah satu generasi.

Mahasiswa berprestasi di era orde lama berubah menjadi buronan di era orde baru.



Lalu bagaimana caranya agar tidak skeptis terhadap pilpres?
miliki role model!

Dalam pemilihan presiden, saya hanya punya satu role model: Presiden Soekarno.

Dalam dua pemilu (2009 dan 2014) saya selalu mencari kesamaan capres yang saya dukung dengan karakter Bung Karno.

Di 2009, saya memilih JK dibanding SBY dan bahkan Megawati (putri kandung Bung Karno)
Bagi saya JK dengan sikap lugasnya, tanpa basa-basi, anti-protokol, cenderung hobi menabrak aturan demi pencapaian target, adalah representasi Bung Karno.

Dimasanya, Bung Karno dengan berani mengambil resiko finansial dengan membangun Stadion megah untuk Asian Games 1962, membangun jalan-jalan besar yang dinamai nama pahlawan seperti Jalan Diponegoro, Cokroaminoto dan lainnya.

Bung Karno dengan lantangnya menyebut penentang rencana pembangunannya tersebut sebagai orang berwawasan picik dan bermentalkan warung kelontong.
Bung Karno berkata bahwa itu bukan untuk keagungannya semata, tapi agar seluruh bangsa Indonesia dihargai dunia!

Masih dengan lantangnya Bung Karno berkata bahwa: "ya, memberantas kelaparan memang penting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan - ini juga penting!"

Ya, saya melihat spirit membangun JK, memiliki nafas Arsitektur Bung Karno: Kebanggaan Nasional!.

Sayang di 2009 JK kalah telak.


Di 2014, hanya ada dua nama yang menjadi Capres: Jokowi dan Prabowo.
Ini justru sangat memudahkan saya, hanya dengan sebelah mata saya langsung memilih Jokowi.

Mengapa bukan Prabowo?
Prabowo adalah bekas menantu Suharto dan punya spirit politik seperti bekas mertuanya itu.

Siapapun pengagum Bung Karno tau, bahwa Bung Karno meninggal sebagai tahanan politik, dengan pengobatan penyakit ala kadarnya dan diperlakukan dengan sangat buruk untuk level beliau sebagai Bapak Bangsa yang Memerdekakan Indonesia!
Itu semua ulah orde baru.

Puluhan tahun waktu berjalan
Perlakuan buruk Suharto terhadap Bung Karno tak akan bisa dilupakan begitu saja.


Ada satu lagi yang membuat saya memilih Jokowi: Blusukan.

Bung Karno dimasa sebelum 17 Agustus 1945 sangat suka berkeliling menemui rakyatnya.
Salah satu hasil blusukannya yang paling legendaris adalah pertemuannya dengan Petani Bumi Priangan bernama Marhaen.
Kelak pertemuan itu menginspirasi Bung Karno menggagas paham Marhaenisme.

Ya, spirit blusukan Jokowi, mengingatkan saya kepada pertemuan legendaris Bung Karno dengan Sang Petani tersebut.


Ya, saya menjadikan Bung Karno sebagai role model politik saya.
Pegangan saya disaat bimbang memilih pemimpin di Indonesia.
Ketika saya tak tahu harus memilih siapa
Saya duduk diam dan membaca ulang buku yang berisikan gagasan-gagasan politik Bung Karno.
Kemudian saya menjatuhkan pilihan politik saya.


Jumat, 18 Juli 2014

Hala Madrid Y Nada Mas (La Decima Song) Spanish and English Lyric

*Historia que tu hiciste
 History that you made

Historia por hacer
History to be made

Porque nadie resiste
Because no one resists

Tus ganas de vencer
Your desire to win

Ya salen las estrellas
The stars are coming out

Mi viejo Chamartin
My old Chamartin

De lejos y de cerca
From far and near

Nos traes hasta aqui
You bring us till here


**Llevo tu camiseta
  I wear your jersey

Pegada al corazon
Close to my heart

Los dias que tu juegas
The days that you play

Son todo lo que soy
Are all that I am

Ya corre la saeta
Now run the bolt

Ya ataca mi Madrid
My Madrid is attacking

Soy lucha, soy belleza
I am fight I am beauty

El grito que aprendi
The chant that I have learnt

Madrid
Madrid
Madrid

Hala madrid

Y nada mas
And nothing else

Y nada mas
And nothing else

Hala madrid

Back To *
Back To **



Kamis, 03 Juli 2014

Traveling Places: Quality or Quantity?

Banyak tempat
Sangat banyak malah
Destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Wisata alam yang menyajikan panorama tiada duanya.

Wisata budaya kota dengan arsitektur berkelasnya.

Wisata kuliner yang memanjakan lidah.

Dan sejuta hal baru lainnya yang bisa kita temui dari sebuah traveling.

Dari begitu banyak tempat wisata dan daya tariknya....
Seberapa lama dia bisa menahanmu?

Apakah anda hanya mencicipi sedikit cita rasa kue disuatu kota dan mencari kue lain di kota lain?

Atau bertahan menghabiskan satu kue utuh, memesan lagi, memakannya lagi, dan bosan, dan baru pindah mencari kue di kota lain?

Sebenarnya...
Mana yang paling benar?

Dalam sebulan menyinggahi 10 kota

Atau

Tetap di satu kota saja selama sebulan.

Tentu saja kembali pada apa yang kita cari.

Mereka yang cukup puas dengan hanya sekedar foto-foto di objek wisata, akan memilih opsi pertama.

Tapi mereka yang ingin pengalaman utuh, pembelajaran budaya penuh tentang suatu kota, akan memilih opsi lainnya.

Saya pribadi, memilih opsi kedua.

Saya pernah beberapa kali traveling di suatu tempat hanya dalam waktu singkat, menarik, saya berfoto, pulang, dan melupakannya.

Tapi pernah, suatu waktu selama satu tahun saya stay disuatu kota, menjelajah kota dan berteman dengan penduduk lokal, berkesan dan tak pernah terlupakan.

Sebuah pilihan memang.
Pilihan yang saya sukai.

Setelah kota tadi, ada kota lain yang ingin saya jelajahi dalam periode waktu yang lama.

Semoga saya mendapatkan seperti yang saya rasakan di kota sebelumnya...

Kepuasan.

Rabu, 02 Juli 2014

Iklan Ramadhan Djarum

Anda pernah menonton iklannya?

Iklan ini bercerita tentang seorang karyawati perempuan yang malu dijemput ayahnya dengan motor butut.

Dia malu mengakui ayahnya didepan teman-temannya.

Diakhir cerita seperti iklan Ramadhan lainnya, karyawati tersebut akhirnya berbesar hati mengakui kalau pria tua dengan motor butut itu ayahnya.

Apa pesan moralnya?

Umumnya kita berkesimpulan bahwa kita harus berbangga dengan apapun keadaan ayah kita.
Itu sebuah kesimpulan yang tidak salah.

Hanya saja saya terpikirkan alternatif pesan moral yang lain.

Kesimpulan yang saya ambil, bukan persepsi dari sudut pandang si anak.
Tapi dari sudut pandang si ayah.

Saat ini atau kelak.
Kita akan menjadi orang tua.

Suatu fase yang pasti terjadi.

Ada sebuah quotes yang menasehati generasi muda: "sengsara diwaktu muda itu biasa, sengsara diwaktu tua itu menyedihkan"

Kembali ke Iklan.
Jika kita mengambil pesan moral dari sudut pandang si ayah.
Maka seharusnya kita bekerja keras di karir kita masing-masing, agar ketika anak-anak kita dewasa, mereka akan dengan bangga mengatakan: "lihat ayah sudah menjemputku"

Maka untuk itu, kita harus bekerja keras meniti karir, agar kelak bukan saja kita yang membanggakan prestasi si anak, akan tetapi anak kita turut bangga dengan prestasi kita orangtuanya.


Oh salahkah saya dengan pemikiran seperti itu?