Senin, 18 Mei 2015

Embun Senja

Aku merasa terlahir kembali

Seketika bahagia datang tak bertepi

Pembicaraan dengan kawan lama telah membukakan memori usang yang telah lama berdebu

Memori yang terkunci lama oleh rasa frustasi mendalam

Rasa yang begitu menarik dan menggugah, dulu kala, saat masih hijau dulu

Engkau masih sempurna, tak banyak bicara, bibir mengulum tanpa senyum, tak terbuka pada murahan

Engkau masih disana, di sudut ruang yang sama, membaca entah apa dan untuk mengapa, ah apa perduliku...

Sendu tatapanmu dan ranum bibirmu sudah cukup menasbihkan dunia hanyalah senda gurau belaka.


Tapi memang Tuhan telah menakdirkan yang lain.
Engkau terbang mengarungi langit, menebas arak arakan awan
Aku sibuk meracau di bumi, memanjat pohon tertinggi, mencoba melompati awan, dan aku terjerambab jatuh dalam kubangan lumpur


Selalu menyilaukan melihatmu
Seperti melihat matahari sesaat setelah melawan kantuk pagi

Engkau selalu begitu
Membuat ku sendu termenung dalam hening

Apalah arti semua janji kerajaan langit jika tak ada kamu dalam gulungan rencanaku

Tak menariklah menaklukkan bintang malam, jika pada akhirnya tak bisa kupersembahkan untukmu

Tak menariklah kota ini
Sungguh menarik desa itu
Tempat kamu menyepi

Aku akan kesana dan kita akan bersama
Menyusuri derasnya arus kali dengan rakit bambu mereka

Sederhana, tidak bersentuhan dengan teknokrat, tapi membuncahkan rasa bahagia, menepikan pagi dengan senja ditanganmu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar