Aku merasa terlahir kembali
Seketika bahagia datang tak bertepi
Pembicaraan dengan kawan lama telah membukakan memori usang yang telah lama berdebu
Memori yang terkunci lama oleh rasa frustasi mendalam
Rasa yang begitu menarik dan menggugah, dulu kala, saat masih hijau dulu
Engkau masih sempurna, tak banyak bicara, bibir mengulum tanpa senyum, tak terbuka pada murahan
Engkau masih disana, di sudut ruang yang sama, membaca entah apa dan untuk mengapa, ah apa perduliku...
Sendu tatapanmu dan ranum bibirmu sudah cukup menasbihkan dunia hanyalah senda gurau belaka.
Tapi memang Tuhan telah menakdirkan yang lain.
Engkau terbang mengarungi langit, menebas arak arakan awan
Aku sibuk meracau di bumi, memanjat pohon tertinggi, mencoba melompati awan, dan aku terjerambab jatuh dalam kubangan lumpur
Selalu menyilaukan melihatmu
Seperti melihat matahari sesaat setelah melawan kantuk pagi
Engkau selalu begitu
Membuat ku sendu termenung dalam hening
Apalah arti semua janji kerajaan langit jika tak ada kamu dalam gulungan rencanaku
Tak menariklah menaklukkan bintang malam, jika pada akhirnya tak bisa kupersembahkan untukmu
Tak menariklah kota ini
Sungguh menarik desa itu
Tempat kamu menyepi
Aku akan kesana dan kita akan bersama
Menyusuri derasnya arus kali dengan rakit bambu mereka
Sederhana, tidak bersentuhan dengan teknokrat, tapi membuncahkan rasa bahagia, menepikan pagi dengan senja ditanganmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar