Senin, 16 Juni 2014

Cokelat Hangat

Hembusan angin yang berselimutkan debu selalu menjadi pengalaman sehari-hari diteriknya siang bolong Blok M.

Banyak Bus datang dan pergi bersama para pendatang, sebagian kecil akan kembali ke kampung halamannya, sebagian besar lainnya menolak menyerah menaklukkan gedung pencakar langit ibukota.

Angka-angka berjumlah begitu banyak menghitung perpindahan raga manusia setiap harinya.

Namun tak pernah terpetakan, berapa banyaknya harapan yang digantungkan seiring berhentinya bus di terminal, bersama Sang Perantau, di Jakarta.

Ditengah padang gurun, para pengembara menepi diteduhnya Oase.

Kafe disekitar terminal adalah kemewahan yang sederhana.
Bukan hanya untuk mereka para perantau.
Namun mereka muda-mudi pun ada.


"Dingin ya Aww" komen Kinan sambil melihat kesekeliling Cafe.

"Iyyaa Ki, AC nya kebangetan" Awan mengangguk-angguk.

"Kupesenin yang anget-anget dulu yakk, Kii"

Awan dan Kinan menyeruput hangatnya Cafe Drinks.
Yang sederhana disaat yang tepat adalah sebuah kemewahan tersendiri.

"Blok M ramenya gak pernah sepi" ucap Kinan, melihat jalanan dari balik kaca kafe.

"Ada berapa orang yang datang dan pergi ya Aww"

"Ratusan kalik" Awan menyahut sambil menyeruput minumannya.

"Ihh lebihh dongg, Ribuann!!" Bales Kinan

"Ratusan Ribu!" Sahut Awan tak mau kalah.

Sahut-sahutan yang membuat mereka tertawa satu sama lainnya.


"Ki ayo ke Bekasi!" Kata Awan mengagetkan.

"Iihhhhh, kok tiba-tiba!"

"Iyaa,mumpung lagi di Blok M nih!"

"Ihh Bekasi ada apa lagi, orang panasnya ya 11-12 Jakarta kok"

"Mau kemananya, disana nanti kita pikirkan!" Seru Awan terus-menerus.

"Ihhh kamu ya mesti aneh deehhhh..."

"Udah iyain aja deh ya Ki" dan Awan menarik tangan Kinan, menembus berondongan sengatan matahari yang menusuk Blok M.

Segera saja mereka naik Bus Kota menembus jalan tol yang begitu mainstream: panas, gersang, aspal, dan tentu saja macet, meski berlabel mentereng sebagai jalan bebas hambatan.

Bekasi-pun datang kepada mereka. Itu batin Awan, walaupun secara teknis merekalah yang mendatangi Bekasi.

Mall-Mall menyambut mereka. Tiga Mall sekaligus.

"Ih Aw, ini jauh-jauh ke Bekasi cuma mau ke Mall? di Jakarta juga ada ratusan kaliikk!" Kinan yang kepanasan mencecar Awan dengan ketusnya.

"Ihh iya yaa, panas juga disini"

"Ihh tuh kan benerrr!"

"Ya udah Ki, kita ke tempat yang ademan aja..... Bogor yuk!! "

"Tuh kan, gak dipikir bener-bener kan, sekarang ganti lagiii!"

"Hehehe, ayem soly Kinan" coba Awan membujuk Kinan.

"Kamuu siihh, gak mikir duluuuu"

"Udah biar ademan kita kesana yaaaa"

"Iyah iyaahhh"

Bus pun mengantar mereka menanjak jalan keatas, menuju tempat yang katanya hujan tak pernah berhenti menghampiri.

Dan Awan dan Kinan pun sampai disebuah terminal di Bogor yang namanya susah disebutkan oleh lidah kaku Awan: Baranangsiang.

Mereka berjalan, ditengah dinginnya cuaca Bogor, kali ini dengan riang gembira. Tak ada lagi peluh dari sengatan matahari seperti mereka di Bekasi tadi.

Hujan mulai mengguyur rintik-rintik, ditambah mereka salah jalan pula. Kenekatan tanpa campuran pengetahuan hanya membawa mereka tersesat.

"Udah dah, naik angkot aja dah, yuk Ki" ajak Awan yang mulai frustasi salah jalan.

"Hihihi, tuuhh sok tau sihh, sok-sok-an mau jalan siihh" ledek Kinan.

Didalam Angkot banyak warga lokal yang berbicara bahasa sunda: "punten A'" salam seorang gadis ke Awan, karena ingin masuk ke Angkot.
Awan selalu suka bahasa sunda. Bahasa yang halus baginya.

Kebun Raya Bogor memiliki plang nama yang fotoable, dan mereka berdua, dengan noraknya berfoto didepan plang tersebut, meski hujan rintik-rintik, eksis tak boleh lewat.

"Aw udah mau tutup nih, kesorean kita ya"

"Gapapa Ki, yang penting foto-fotonya kan, hihihi"

"Iyah bener, xixixi"

Masih dengan hujan rintik-rintik mengiringi langkah mereka. Awan dan Kinan mengambil langkah dan mengamankan tempat untuk berfoto ditepi danau dengan Istana Bogor menjadi backgroundnya.

Hujan-hujanan, seakan tak perduli akan pilek yang bisa melanda mereka, yang penting seru-seruan, pikir mereka begitu.

Puas berfoto, mereka berteduh, kedinginan.

"Dingin ya Aw"

"Iya Ki, coba ada Cokelat Hangat siap minum yahh"

"Ihh mauuu"

Mereka cekikikan berdua.

Tawa Awan dan Kinan cukup menghangatkan, meski tak ada Cokelat Hangat yang mereka dambakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar