Pernahkah didua waktu dalam hidup, kita melihat hal yang sama, namun berkesimpulan berbeda?
Apa yang membuat beda?
Hal yang diluar itu sana?
Atau diri didalam sini...
Ada sebuah film berjudul Cinta Pertama.
Diperankan Bunga Citra Lestari dan Ben Joshua.
Sebuah cerita tentang kegagalan wanita memiliki cinta pertamanya.
Klise.
Berapa dari kita yang bisa menikahi cinta pertamanya?
Andakah disana orang beruntung itu?
Bagi remaja yang menonton film Cinta Pertama, film itu berat.
Bukankah film tentang cinta pertama seharusnya bercerita kencan seru di taman, mall, dan tempat asyik lainnya? Nyinyir mereka para putih biru atau abu-abu.
Bagi dewasa, that's movie its all our story.
Sebuah cerita tentang Wanita yang tak mau percaya bahwa dia tak bisa memiliki cinta pertamanya.
Dalam satu adegan Alya yang diperankan BCL tak mau bersiap-siap untuk hari pernikahannya, dia berkata bahwa pernikahannya belum tentu jadi.
Sebuah kalimat penghibur diri dan pengabur kenyataan. Sebuah harapan semu bahwa yang dinikahi Alya seharusnya Sunny sang cinta pertama-nya.
Satu Film.
Remaja bersikap nyinyir.
Dewasa mengharu biru.
Mengapa bisa berbeda begitu...
Faktor Umur?
Pendidikan?
Pengalaman?
atau semuanya.
Dari "Cinta Pertama Study Case" diatas.
Mungkin bisa ditarik kesimpulan, semakin usia bertambah, semakin seseorang tersentuh akan sebuah peristiwa kegagalan.
Si dewasa mungkin tertawa mengingat, atau tersenyum miris terharu.
Semakin senja umur
Maka diam, melihat, merenung dan menyimpulkan jadi pilihan yang lebih baik daripada mengkritik atau bersikap nyinyir.
Oh benarkah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar