Seolah selalu ada harapan baru
Meski dimasalalu selalu dikhianati sang harapan
Kita semua.
Tak pernah berhenti berharap bahwa dipemilu ini (untuk kesekian kalinya) bahwa pemimpin yang sejati akan datang
Adakah pemimpin ideal itu?
Jelas tergantung perspektif
Saya pribadi mengidolakan Jusuf Kalla.
Dipemilu 2009.
Saat hampir semua teman saya percaya akan pencitraan SBY
Saya memilih Jusuf Kalla sebagai the Real President saya
Waktu membuktikan kebenaran saya atau teman-teman yang mayoritas itu.
Saya percaya bahwa intuisi identifikasi personal saya tidak salah.
Seperti yang diketahui kemudian, Jusuf Kalla kalah.
Pencitraan menang.
Lalu anda harus bagaimana ketika mayoritas teman anda punya persepsi kepemimpinan yang berbeda jauh dengan anda?
Jelas tak bisa disalahkan juga mereka yang terpedaya itu.
Jika anda partisipan pemilu hanya lima tahun sekali, jelas fondasi intuisi politik anda keropos dan rentan terperdaya oleh pencitraan media.
Maka seharusnya partipisan itu menjadikan politik sebagai sarapan sehari-harinya.
Agar tak terperdaya pencitraan media.
Hari ini, ditahun 2014.
Sebuah perubahan diharapkan
Jokowi dicalonkan.
Dia orang baik
Tapi apakah cukup kuat?
Saya berharap seorang Negoisator ulung seperti Jusuf Kalla yang mendampinginya
Jika jadi nyata...
Pilpres saya tidak ragu mencoblos kertas suara yang mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar