Pernahkah anda ketika kecil dinasehati untuk kuliah di Fakultas Kedokteran atau di Institut Teknologi seperti ITB atau ITS?
Darimana nasehat para orangtua kita itu didapat?
Jelas itu adalah sebuah mindset.
Dan mindset umumnya didapat ketika mereka masih muda dulu.
Darimana asalnya mindset itu?
Akan menjadi diskusi dan perdebatan panjang.
Maka izinkan saya memberikan opini...
Mindset generasi terdahulu diyakini dimulai dari pidato-pidato para pemimpin negara ini.
Ketika Presiden Soekarno masih menjabat.
Bung Karno dalam satu pidatonya menekankan bahwa Indonesia membutuhkan tenaga-tenaga terdidik teknik dalam jumlah banyak.
Itulah kenapa Bung Karno menolak program Keluarga Berencana.
Dalam menekankan fatwanya itu, Bung Karno mengatakan bahwa anak-anaknya harus kuliah di Fakultas Teknik.
Bahkan Bung Karno mengancam siapapun pemuda-pemudi yang bukan Insinyur (Sarjana Teknik) tidak boleh berani mendekati putra dan putri sang Presiden.
Itulah awal mula mindset: sukses itu apabila kuliah di Fakultas Teknik.
Jangan samakan pidato Bung Karno seperti pidato presiden kita saat tulisan ini diterbitkan.
Di zaman sekarang, presiden pidato, rakyat ganti chanel TV.
Di Zaman Bung Karno, setiap beliau pidato, rakyat berbondong-bondong mendengarkan.
Bahkan anak SD dizaman itu akan berkumpul di lapangan, bukan untuk upacara, tapi mendengarkan pidato sang presiden dari siaran radio.
Jadi bukan hal yang mengherankan jika generasi orang tua dizaman itu memiliki mindset yang ditanamkan sang The Great Architect of Indonesia: Insinyur Soekarno.
Waktu bergulir.
Arah angin pun berubah.
Di era 2000an
Kebanggaan kuliah di Kedokteran dan Teknik masih ada, tapi tak sederas dulu.
Semangat kewirausahaan dan tumbuhnya banyak Bank di Indonesia.
Membuat Fakultas Ekonomi kebanjiran peminat.
Tumbuhnya banyak sekolah tinggi ekonomi adalah indikator betapa banyaknya minat akan fakultas tersebut.
Lalu jika mindset lama telah ditinggalkan, maka mindset mana yang harus kita miliki?
Ada sebuah kalimat yang populer saat ini: "Follow you're passion"
Jika dibedah kalimat diatas akan menjadi bahasan yang panjang.
Jika disederhanakan dan dikaitkan dengan pendidikan maka pesan kalimat itu adalah pilihlah fakultas yang sesuai dengan minat (passion) si calon mahasiswa.
Jika dia punya minat kuat terhadap sebuah fakultas, maka berprestasi dan sukses akan lebih mudah diraih.
Ya itu skenario-nya.
Akan tetapi.
Bagaimana jika si calon mahasiswa tidak tahu passion-nya?
Jawaban paling realistis adalah dengan main aman.
Yaitu masuki fakultas-fakultas favorit yang dicari banyak perusahaan besar, seperti Fakultas Ekonomi dan Teknik.
Kenapa?
Karena pada akhirnya, jika kita tidak bisa puas dengan bidang kuliah kita, minimal kita bisa puas dengan kompensasi pekerjaan dari hasil kuliah di fakultas favorit.
Pragmatis?
Mungkin.
Tapi anggap saja realistis.
Diakhir masa perkuliahan saya.
Disebuah Fakultas Ekonomi.
Saya baru menyadari Passion saya adalah menelaah buku-buku populer dan mentafsir ulangnya melalui goresan tinta saya.
Itu berarti, harusnya saya berkuliah di Fakultas Sastra
Ketika saya menyadari passion saya
Semua sudah terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar