Pernah merantau?
Dulu saya pernah.
Menjejakkan kaki ke City of Hope:
Jakarta.
Tentu saja untuk urusan pekerjaan.
Dan tentu saja orang-orang baru yang saya kenal menanyakan pertanyaan klasik:
"Kamu orang mana?"
Pertanyaan yang susah-susah gampang.
Dan saya menjawab:
"Orang Surabaya".
Umumnya bagi orang lain yang ditanyakan hal yang sama, jawaban saya sudah menyelesaikan pertanyaan.
Saya tidak.
Selalu saja, dan sering kali teman-teman Jakarta itu mengatakan:
"Masak sih? Logatmu gak ada medok-medok jawanya sama sekali!".
Dan kemudian ceritanya jadi panjang. Karena memang saya bukan asli Surabaya, dan memang meski sudah lama menetap di provinsi paling timur pulau Jawa itu, logat saya tak kunjung melumer dengan tempat saya menetap tersebut.
Saya pun harus menjabarkan panjang kali lebar sama dengan luas, tentang mengapa saya mengaku Jawa meski berlogat luar Jawa.
Apa yang saya alami adalah kebalikan dari apa umumnya pengalaman yang didapatkan teman-teman Surabaya saya ketika merantau ke Jakarta.
Dengan logat khas Jawa Timurnya, teman-teman saya selalu memancingkan sebuah pertanyaan yang diumpankan kepada mereka:
"Kamu orang Jawa kan?".
Umumnya dan seringkali, teman-teman saya tersinggung dengan pertanyaan itu. Mereka marah karena merasa Jakarta adalah bagian dari Pulau Jawa, dan pertanyaan tersebut terdengar sangat ganjil.
Ya memang, orang Jakarta dan sekitarnya menyebut orang Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai orang Jawa, dan orang Jawa Barat disebut orang Sunda.
Bagi saya pribadi, tak ada maksud SARA daripada teman-teman Jakarta, ini hanya masalah pemilihan bahasa belaka saja.
Orang Jakarta, Orang Sunda, Orang Jawa adalah identitas yang kita miliki.
Dan bukankah kita harus bangga dengan identitas kita, apapun itu, Bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar